Nama piranti elektronik gres ini Kindle. Bobotnya sedikit di bawah 300 gram, tidak lebih berat dibanding 20 kaleng minuman ringan kosong. Ukuran fisiknya setara dengan dengan kebanyak buku edisi paperback, tapi lebih tipis. Di bagain mukanya, di bawah layar electrophoretik display atau layarnya yang lazim disebut kertas elektronik, terdapat papan ketik layaknya komputer mini. Amazon.com, toko raksasa di alam maya yang memproduksi dan menjualnya, mengklaim Kindle bisa menampung 200 judul buku tanpa ilustrasi. Buku sebanyak itu dapat dikatakan mirip perpustakaan mini di kamar-kamar mahasiswa –kecuali jika mahasiswa itu lebih suka mengisi rak kamarnya dengan kaset atau CD. Bedanya, dengan Kindle, si pemilik bisa membawa semua koleksi buku itu ke mana saja, membuangnya, atau menggantinya dengan koleksi yang baru (dengan membeli melalui Amazon). Hal menarik lainnya adalah, pemilik Kindle dapat membaca buku di mana saja dan kapan saja. Kindle bukanlah e-book yang pertama, sebab sebelumnya buku elektronik lain telah diproduksi, misalnya Sony LIBRIe, sony Reader, dan iRex iLiad. Jeff Bezos, pemilik Amazon.com, mengakui bahwa buku adalah piranti yang luas biasa. Selain buku mendatangkan keuntungan, Bezos yakin bahwa gelombang digitalisasi bakal menyapu semua bentuk media. Musik, video, bahkan bacaan berformat pendek telah melebur di dunia digital. Meskipun pemasarannya masih terbatas di Amerika, para pemesan belum tentu bisa langsung mendapatkannya. Para eksekutif mengatakan kewalahan melayani pesanan yang masuk. “Sementara ini tidak ada stok. Pesan sekarang dan kami akan mengirimkannya begitu tersedia. Kami akan mengemail Anda dengan perkiraan tanggal pengiriman segera setelah kami memperoleh informasi lebih jauh,” demikian salah satu keterangan bagi calon peminat. Respon terhdap Kindle memang mencengangkan.
Kamis, 25 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar