Media informasi dan komunikasi SMP dan SMA adalah majalah dinding, koran, dan majalah atau paling top, ya, radio sekolah. Sekolah yang mempunyai stasiun televisi, meski cuma laboratorium, masih jarang sekali. Apalagi sampai memproduksi acara televisi sendiri, lalu mengudara di lingkup sekolah. Sejumlah perguruan tinggi dan sekolah menengah atas, terutama yang mempunyai jurusan ilmu komunikasi dan broadcasting, biasanya mempunyai laboratorium televisi. Universitas Dia Nuswantoro Semarang, misalnya mempunyai TiviKu. Dulu teve kampus, kini menjadi teve komersial. Jurusan Komunikasi Undip, SMK Grafika, SMK 1 Kendal, dan SMK Pati juga mempunyai laboratorium televisi. Karena laboratorium, maka hanya dipakai sebatas untuk praktik, belum digarap serius untuk mengudara secara rutin. Adapun SMP Labschool Rawamangun, Jakarta sudah menggarap secara Serius televisi sekolah yang diberi nama Labs TV. Langkah sekolah di kompleks Unversitas Negeri Jakarta (UNJ) itu layak diikuti sekolah lain. Januari lalu, Labs TV uji coba siaran. Liputan para siswa yang sudah diedit, ditayangkan, dan ditonton guru serta siswa lewat layar televisi di berbagai ruangan di sekolah. Kru Labs TV adalah para siswa yang mengikuti ekskul broadcast. Semua proses produksi (wawancara, liputan, dan pengeditan) dilakukan siswa. Yang menjadi presenter pun mereka. Siaran Labs TV tidak sebatas siaran tunda tapi juga liputan langsung, wawancara dengan kepala sekolah, ketua OSIS, dan orang tua siswa. Sesekali materi acara diselingi siaran musik. Materi acara berhubungan dengan aktivitas sekolah seperti info sekolah, pesan dari kepala sekolah, atau bincang-bincang dengan sejumlah narasumber. Seperti yang diberitakan Republika Online, para siswa yang terlibat dalam produksi sangat antusias. Murid dan guru yang menyaksikan juga tidak kalah semangat. Mereka berkerumun di dekat televisi, memelototi acara demi acara. Ketua OSIS SMP Labschool, Iqbal Jordy Purwanto, mengatakan bahwa kru yang terlibat dalam produksi acara mendapat banyak pengalaman. Salah seorang siswa yang menjadi reporter, Adrian, sependapat. Dia bangga bisa mewawancara orang terkenal seperti Butet Kartaredjasa, Dhea Ananda, dan Dwi Andhika. Oh iya, kerja para siswa itu didampingi pekerja televisi profesional. Mereka memakai peralatan stasiun televisi sungguhan, bukan handycam. Sebelum terjun ke lapangan, mereka sudah dibekali pengetahuan praktis dunia pertelevisian.
Rabu, 24 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar